AR-RANIRY| Intelektual dan moral aset termahal di era digital karena belum dapat didigitalkan. Kecerdasan intelektual bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan, tanpa moral Intelektual merupakan rahmat Allah yang tiada ternilai. Allah hanya memberikannya kepada manusia, sebagai makhluk teristimewa, Maka sudah sepatutnya kita bersyukur atas keistimewaan yang diberikan Allah ini.
Hal tersebut diungkapkan, Nazaruddin, M.LIS dosen pada Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan saat memberikan orasi ilmiah dengan tema “intelektual dan moral di era digital” pada yudisium Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry semester ganjil tahun akademik 2018/2019, Rabu (20/2/2019) di Aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry.
“Menurut KBBI, Intelektual adalah cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian jelas bahwa intelektualitas itu indikatornya bukan ijazah dan IPK. Seperti kata Rocky Gerung, ijazah itu hanya sebagai bukti anda pernah kuliah”,kata Nazaruddin yang saat ini sedang menempuh program doktor dalam bidang Multimedia Management di Universiti Utara Malaysia.
Namun, ia menilai indikator kecerdasan intelektual yang sebenarnya adalah kemampuan memadukan ilmu dan moral untuk kebermanfaatnya bagi manusia lain dan alam semesta.
Menurutnya, intelektual dan moral adalah aset termahal di era digital yang masih kita miliki, paling tidak sampai saat ini. Karena kecerdasan dan moral manusia juga saat ini sedang bertarung dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Pemenangnya sebenarnya sudah jelas, meskipun manusia masih banyak yang belum mengakui.
“Indikasinya dapat dilihat, dimana manusia sudah sangat tergantung pada perangkat digital berbasis kecerdasan buatan tersebut, seperti smartphone dan tablet. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh sebuah hasil penelitian disertasi di Harvard University, Amerika Serikat, pada tahun 2013. Kedekatan manusia dengan ponsel pintar telah menyebabkan kekaburan batas intelektual. Manusia sudah sulit membedakan antara pengetahuan miliknya atau pengetahuan Internet,”kata Nazaruddin.
Selain itu, diera disrupsi moral manusia sebenarnya sedang di uji. Oleh karena itu kita harus pastikan bahwa kita benar-benar manusia, karena di luar sana ada Sophia, Si robot humanoid atau manusia robot yang dikembangkan oleh perusahaan Hanson Robotics berbasis di Hong Kong, pada tahun 2015. Jangan sampai moral Sophia mengalahkan moral Sapiah kita.Karena itu akan sangat berbahaya jika Sapiah kita tidak dapat lagi dipercaya. [Arkin]